Wednesday, May 28, 2008

a week of weakness

saya masih terjaga malam ini. diantara jari yang menari diatas keyboard, sebatang rokok menyemat menemani. sesekali saya lirik handphone yang terbujur kaku, berharap sebuah dering yang sudah satu minggu ini menyepi, memanggil kembali. tapi nihil, karena sudah tidak mungkin lagi. berharap saja tanpa tahu sampai kapan dia akan menelvon lagi.

sudah satu minggu berlalu, dan malam yang dilalui terasa kurang lengkap. bahkan rasa lelah saat kuliah dan bekerja, dan harapan untuk langsung dijemput mimpi sesampainya di kamar tidur tidak pernah bisa dilakukan. rasanya kangen, akan kebiasaan-kebiasaan di malam hari dimana selalu ada permintaan untuk tidur karena malam telah terlalu larut. setelah satu jam berisi tawa dan canda diantara operator telvon, hari diakhiri janji untuk membangunkannya di pukul 10 esok pagi, atau 12 siang paling lambat jika pukul 10 masih tidak juga terbangun. "daaah jesayca." katanya, dan "ddaaahh yassvie" jawab saya sebelum menyudahi telvon. sayangnya, semua itu sudah berlalu, dan malam selalu saja membuat terjaga, menunggu dengan jawaban yang pasti, bahwa tidak ada lagi malam-malam seperti malam yang lalu. tidak ada lagi perbincangan-perbincangan pengantar tidur.

kembali saya hisap teman pembunuh sepi, dan dihembuskan asapnya, dan tertiup angin malam dari sela-sela jendela kamar. terbawa keluar, mungkin terhembuskan sampai ke Doha. "kangeen.." satu kata yang jadi puluhan kata terulang setiap hari.

semua masih jelas dalam ingatan saya, dari pertama yashi dan tommy datang ke rumah, saat yashi menjemput saya setelah kami sama-sama bekerja, sampai hari-hari terakhir kami bepergian sebelum keberangkatannya. yah, saat saya, ferdy, dan shilla bertemu di plaza senayan, menunggu yashi dan tommy selesai bekerja, dan tanpa rencana kami pergi ke rooftop djakarta theater untuk menghabiskan malam di hari rabu, dan saya, shilla, ferdy, juga tommy menyanyikan potongan demi potongan don't go away, mengikuti gallagher bernyanyi dari ipod untuk yashi, sementara yashi terpojok dan terdiam. sampai pukul 2 pun belum juga pulang karena masih berkumpul di depan circle k, dan sampai di rumah ketika adzan subuh berkumandang. tidur 1 jam lalu berangkat kuliah. sekitar seminggu kemudian, lagi-lagi kami bepergian. mau ke planetarium tapi jadwal show bentrok dengan jam kerja saya dan tommy, sampai akhirnya kami pergi saja ke monas. kangen. lagi lagi satu kata itu yang muncul ditengah ingatan tentang dia. dan hari minggu terakhir yang bisa kita nikmati, kami semua kecuali ferdy bertemu yashi dan sahabatnya, tiara di circle k. lagi-lagi circle k. sebuah minimarket kecil di tempat strategis yang selalu jadi tempat pertemuan kita setelah kesibukan masing-masing.

sampai akhirnya hari senin tiba. saya dan tommy harus ikut training, dan kegalauan menyergap masing-masing dari kami. pagi terasa lama sekali, tapi ketika pukul 3 tiba di jam kami, rasanya tidak mau mengakhiri training itu. bukan karena kami senang di dalam kelas training itu. kami hanya tidak ingin pulang, karena pulang berarti pergi lagi. dan itu untuk mengantarkan yashi. untuk menemui yashi di airport, dan melepaskannya ke Doha, Qatar.

sore hari, saya dan tommy menunggu kedatangan shilla dan ferdy di rumah tante saya. dan kami berdua menelvon yashi. memintanya untuk menyusuli kami di rumah tante saya, lalu kita akan pergi bersama ke airport. tapi sungguh permintaan yang bodoh, memang. sampai akhirnya tommy solat, dan saya mengobrol dengan yashi. tidak bisa dibilang mengobrol, karena kami banyak terdiam. kami berdua hanya berharap, waktu untuk saling mengenal bisa lebih panjang, dan bahkan dia berkata "seandainya gw kenal lo sebelom gw kenal mba lo yah, cil.. lo nyesel ga kenal gw? pasti nyesel yah?" dan sungguh tidak ada penyesalan, yashi! saya senang sekali. dan tanpa saudara saya, kita tentu tidak akan melalui banyak perjalanan dan pertemuan. dan sampai ditengah bisu kami, dia berkata, "jangan diem aja dong. je, nanti kalo lo cari pacar, yang bisa jagain lo, yah. yang dewasa, yang baik-baik. jangan macem-macem." hhh.. airmata menggenang, dan saya sudah berjanji tidak akan menangis sebelum waktunya. tidak pernah dia menyinggung soal ini sebelumnya. saya tidak bisa berkata-kata, selain begumam, "hmmpp.." ingin rasanya berteriak bahwa saya berharap itu dia, tapi hati kecil saja tidak bisa meneriakannya.

sampai akhirnya telvon terputus karena dia harus mengurus motornya. dan tommy pun sudah selsai solat. setelah saya mandi dan solat, saya melihat tommy dengan matanya yang bengkak, melamun, dan merokok. "toomm.." sebuah senyum palsu terbingkai di wajah saya. tommy sudah tidak sanggup menahan rasa sedih akan kehilangan sahabatnya sedari kecil, rupanya. "je, gw jadi sedih. berasa banget nih, yashi mau cabut." dan ia bangun dari duduknya lalu memeluk saya. janji saya pun teringkari didalam pelukan tommy. kami berdua menangis. dan saya rasa, rasa sayang tumbuh kecil di hati saya, bukan hanya rasa tidak mau kehilangan.

setelah kedatangan shilla dan ferdy, kami berempat mengerjakan scrapbook untuk yashi. dan sebuah kaos bertuliskan "I love my freds" karena yashi selalu memanggil ferdy dengan sebutan fred, dimana maksudnya friend dan fer. bodoh! pukul 9:30 kami bergegas berangkat. mamanya tommy sudah menelvon, menanyakan keberadaan kami, karena yashi akan check-in jam 11. di mobil, saya hanya bisa diam. yang lain pun begitu. ferdy yang duduk di belakang dengan saya beberapa kali mengusap kepala dan pundak saya. tapi saya acuh saja. senayan-bandara yang hanya 30 menit terasa jauh lebih lama, dan perasaan saya acak-acakan. malam itu saya menyadari, saya spesialis denial, seperti yang yashi selalu bilang ketika saya selalu membalikan kata-katanya atau 'ngeles' dari kebodohan yang saya lakukan. hee.. tapi malam itu saya tidak bisa lagi untuk tidak merasakan bahwa, rasa sayang terhadapnya ternyata memang ada. memang tidak sebesar itu, tapi cukup membuat saya sangat tidak ingin ditinggalkan.

airmata masih terbendung, sampai akhirnya ferdy berkata, "sedih ya jess? gw tau kok. lo kan ga pernah bisa boong. semua hal, dari awal kita maen, mata lo ga pernah bisa boongin gw." dan dengan getir saya menjawab, "iya fer. dari awal! gw tau.. gw ga bisa boong!" dan airmata itu mengalir turun, ditengah lagu out of reach-gabrielle.

sesampainya di bandara, kami berada di terminal yang berbeda dengan yashi. kami di F dan dia di D, dan kepanikan menjalari kami semua. takut yashi sudah berangkat. dan lagi-lagi airmata tidak bisa terbendung. karena shilla sudah dihandle tommy, ferdy yang menghandle saya, dan entah bagaimana, saya berkata, "fer, lo tau kan gw ga bisa boong sama lo. dan gw ga usah ngomong sama lo, kenapa gw segininya yashi mau berangkat, lo ngerti kan, kenapa.." ferdy hanya tersenyum dan mengelus pundak saya, "kita pasti ketemu kok, sama yashi."

ya, akhirnya kami bertemu. dia masih sibuk dengan teman-temannya. entah kenapa, saya tidak berani menatapnya. sampai setelah foto-foto bersama, ketika saya menengok, dia dibelakang saya, dan tersenyum dengan senyumannya yang biasanya, yang saya ingin sekali lihat malam ini. saya menghela nafas, dan dia memeluk saya, mengajak saya ke salah satu sudut, mengajak saya berbicara. tapi saya sudah tidak bisa bicara, terlalu sulit menahan emosi dan airmata. dia bilang, "cil, lo ga akan lulus 2014 kok. gw percaya. lo lulus pasti 2010. yaaa? gw pulang, elo udah harus lulus ya, cil.. udah dong, lo jangan nangis kaya gini. gw pergi ga lama kok, gw pasti pulang lagi. okeee?!" dan dia terdiam, lalu mencium kening saya. "kita sempurna kok." satu kalimat yang tidak akan saya lupakan. entah apa maksudnya, tapi saya rasa, itu hanya sepenggal lagu smashing pumpkins yang selalu kita dengar di perjalanan-perjalanan terakhir. dan entah apa yang menutupi otak saya untuk bertindak logis dan mempertahankan gengsi, saya berkata, "salah ga sih, kalo tau tau gw jadi sayang sama lo?" ya, ditengah tangisan saya, saya berkata begitu. tanpa dipikirkan, tanpa berpikir, dan dia menjawab, "gw juga kok. udah ya, jangan nangis lagi." dan itu membuat saya semakin menangis. dan setelah keberangkatannya saya menyadari, kata-katanya hanya untuk menenangkan saya. kemudian kami merasa pelukan-pelukan dari orang-orang lain, dan saya sadari ada shilla, dan yashi berpesan pada kami, "aries-aries ku, kalian baik baik ya, disini.." dan ternyata masih ada ferdy, dan tommy. sampai akhirnya tommy menarik pelan saya dan shilla ketika yashi diharuskan boarding oleh mamanya.

yashi pun berpamitan pada keluarganya, juga pada mamanya tommy, dan kami semua. saya dan shilla masih menangis ketika melambaikan tangan. dan ketika semua sudah beranjak meninggalkan airport, kami berempat memilih tetap tinggal dan melihat Qatar Airlines meninggalkan jakarta. sebelum berangkat, yashi masih menelvon saya, menitipkan saya pada ferdy, dan mengucapkan terima kasih atas scrapbooknya, kata-kata terakhirnya tidak jelas terdengar, karena pramugari sudah memberikan instruksi, dan setelah kata-kata got to go yang terdengar, telvon terputus, lalu pesawatnya perlahan bergerak. sampai hilang dari pandangan, kami berempat tidak beranjak, dan tommy berseru kecil, "gw bangga sama lo yass. gw bangga! lo bisa wujudin cita-cita lo, dan lo akan jadi orang. gw bangga sama sahabat gw! ati ati lo, yass!"

yass, seharusnya saya bisa bicara yang tepat dengan kamu. mengucapkan selamat jalan, mengucapkan rasa bangga dan senang, mengucapkan hati-hati, tapi itu semua seakan tidak terlintas dalam pikiran saya ketika kamu memeluk saya.

dan malam ini, satu minggu sudah berlalu setelah dia pergi, dan satu minggu ini saya lalui dengan mood yang acak-acakan. saya masih juga mengharapkan sebuah telvon, walaupun sms selalu berbalas antara saya dan dia. kangen. kangen sekali, yashi.. saya hanya takut rasa sayangnya jadi bertambah besar karena selalu ingat dengan dia. tapi semoga tidak, dan saya harus bisa menjaga hati saya, agar tidak terlalu sakit. biar saja rasa kangen itu ada, asal tidak jadi air untuk rasa sayang. hhh..

sudaah.. sudah terlalu malam untuk terus teringat akan ini semua. bahkan suaranya untuk meminta saya tidur pun tidak akan terdengar, jadi lebih baik saya tidur saja, dengan doa untuk hari esok yang lebih baik, dan untuk dia juga.

No comments: