hari ini aku dipertemukan dengannya. seorang laki-laki tua, paruh baya, renta, dan lebih baik juga disebut seorang kakek. di bawah atap sebuah halte di depan sebuah mall di senayan, ia tertidur. mungkin pulas, mungkin dengan tidak nyaman.
di suatu siang, saat aku mengeluh kepanasan, ia menikmati istirahat siangnya. untuk kesekian kalinya aku melirik jam tanganku, menunggu datangnya bus putih-hijau beratap kuning yang akan membawaku pulang, tapi kemudian mataku melirik ke arah si kakek. ia sudah terbangun dari tidurnya, dan duduk diam. matanya menatap entah kemana, menerawang, dan entah apa yang ada di pikirannya.
tapi di pikiranku, aku menerka apa yang sedang ia pikirkan. apa ia lapar? apa ia lelah? apa ia punya tempat tinggal? apa yang sedang ia bawa? tas hitamnya terlihat penuh dan berisi di sebelah kirinya, dan di sebelah kanan, ia seperti memilin-milin sejumlah plastik. entah apa, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.
aku terus melirik ke arahnya. ia seperti sudah lama sekali tidak mandi, sendalnya berbeda yang kanan dan kiri. seperti sepasang sendal yang asal ditemukan dan dipakai begitu saja. selayaknya orang tua, wajah dan tangannya keriput, bahkan kulitnya mengendur. mata sayunya yang dibingkai kantung mata yang keriput dan kendur itu masih menatap nanar dengan pandangan kosong. kali ini ia tengah menghisap sebatang dji sam soe. tanpa sadar aku terus memandanginya, dan ia pun tidak menyadari.
ia menikmati batangan rokok yang diterimanya dari seorang pengendara motor yang sedang beristirahat dan merokok di sebelahnya. kakek, apa yang sedang kakek pikirkan? ia menghisap rokok itu, menarik, dan menghembuskan asapnya dengan pipi yang terlihat kempot dan rahangnya seperti mencuat dari balik kulitnya. entah apa dia merasa sendiri dan ingin cepat mati diasapi rokok, atau rokok itu seperti teman baru yang menemani siangnya?
aku menghela napas. aku kepanasan, aku bosan menunggu, aku ingin pulang dan beristirahat. aku melihat ke arah datangnya bus yang akan membawaku pulang. sudah 15 menit berlalu dari waktu kedatangan yang sesuai jadwal, dan sudah setengah jam aku menunggu... saat kulihat lagi sosok sang kakek, ia masih menikmati rokoknya. ia terlihat masih menikmati siang dan membiarkan peluh membasahi wajahnya. ia pun masih nyaman menduduki singgasananya, menduduki bangku di halte yang membuatku pegal. ia terlihat seperti tersenyum, mungkinkah ia berpikir seperti apa yang aku pikir?
ah, aku berpikir, siang hari aku kepanasan, dan ingin cepat pulang. siang hari aku bosan menunggu bus pulang, tapi sore hari aku bisa tertidur dan makan enak di rumah. bahkan begitu sampai di bus, aku pun bisa tertidur, dan bus yang aku naiki lengkap dengan ac dan tempat duduk yang nyaman.. lalu, kenapa aku harus banyak mengeluh?
aku terharu sendiri. entah aku yang sedang sensitif belakangan ini, atau bagaimana, tapi aku ingin sekali menitikan air mata. sejak aku sampai di halte itu, dan melihat sang kakek tertidur, aku tersentuh. aku terharu.
di suatu siang, saat aku mengeluh kepanasan, ia menikmati istirahat siangnya. untuk kesekian kalinya aku melirik jam tanganku, menunggu datangnya bus putih-hijau beratap kuning yang akan membawaku pulang, tapi kemudian mataku melirik ke arah si kakek. ia sudah terbangun dari tidurnya, dan duduk diam. matanya menatap entah kemana, menerawang, dan entah apa yang ada di pikirannya.
tapi di pikiranku, aku menerka apa yang sedang ia pikirkan. apa ia lapar? apa ia lelah? apa ia punya tempat tinggal? apa yang sedang ia bawa? tas hitamnya terlihat penuh dan berisi di sebelah kirinya, dan di sebelah kanan, ia seperti memilin-milin sejumlah plastik. entah apa, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.
aku terus melirik ke arahnya. ia seperti sudah lama sekali tidak mandi, sendalnya berbeda yang kanan dan kiri. seperti sepasang sendal yang asal ditemukan dan dipakai begitu saja. selayaknya orang tua, wajah dan tangannya keriput, bahkan kulitnya mengendur. mata sayunya yang dibingkai kantung mata yang keriput dan kendur itu masih menatap nanar dengan pandangan kosong. kali ini ia tengah menghisap sebatang dji sam soe. tanpa sadar aku terus memandanginya, dan ia pun tidak menyadari.
ia menikmati batangan rokok yang diterimanya dari seorang pengendara motor yang sedang beristirahat dan merokok di sebelahnya. kakek, apa yang sedang kakek pikirkan? ia menghisap rokok itu, menarik, dan menghembuskan asapnya dengan pipi yang terlihat kempot dan rahangnya seperti mencuat dari balik kulitnya. entah apa dia merasa sendiri dan ingin cepat mati diasapi rokok, atau rokok itu seperti teman baru yang menemani siangnya?
aku menghela napas. aku kepanasan, aku bosan menunggu, aku ingin pulang dan beristirahat. aku melihat ke arah datangnya bus yang akan membawaku pulang. sudah 15 menit berlalu dari waktu kedatangan yang sesuai jadwal, dan sudah setengah jam aku menunggu... saat kulihat lagi sosok sang kakek, ia masih menikmati rokoknya. ia terlihat masih menikmati siang dan membiarkan peluh membasahi wajahnya. ia pun masih nyaman menduduki singgasananya, menduduki bangku di halte yang membuatku pegal. ia terlihat seperti tersenyum, mungkinkah ia berpikir seperti apa yang aku pikir?
ah, aku berpikir, siang hari aku kepanasan, dan ingin cepat pulang. siang hari aku bosan menunggu bus pulang, tapi sore hari aku bisa tertidur dan makan enak di rumah. bahkan begitu sampai di bus, aku pun bisa tertidur, dan bus yang aku naiki lengkap dengan ac dan tempat duduk yang nyaman.. lalu, kenapa aku harus banyak mengeluh?
aku terharu sendiri. entah aku yang sedang sensitif belakangan ini, atau bagaimana, tapi aku ingin sekali menitikan air mata. sejak aku sampai di halte itu, dan melihat sang kakek tertidur, aku tersentuh. aku terharu.
Ya Allah, aku menunggu sebuah bus.
tapi apa yang ia tunggu? kemana tujuannya?jika nanti aku terduduk di bangku yang nyaman dan tidak lagi kepanasan di dalam bus, apa sang kakek masih terduduk di singgasananya ditemani butiran peluh di wajahnya? apa ia masih disinari teriknya matahari?
Ya Allah, jika nanti aku sudah pulang,
dimana dia berada? sudahkah ia sampai di tujuannya? tapi dia kemana? semoga dia juga pulang, dan bisa tertidur dengan nyenyak seperti aku.
Ya Allah, ketika malam tiba, apa ia sudah makan malam? atau malah dimakan penjahat-penjahat malam?
Ya Allah, jika ia hidup di jalan, berikanlah ia istirahat yang lebih layak, yang lebih nyaman.dan jika ia memang punya sebuah rumah, berikanlah ia keluarga yang bahagia, yang sedang menunggunya pulang, sehingga mereka bisa memulai makan malam...
No comments:
Post a Comment